Inilah Eksperimen Psikologis Tragis

Inilah Eksperimen Psikologis Tragis – Seperti yang sudah banyak kita ketahui bahwa saat ini sudah semakin banyak orang yang ingin merubah sesuatu menjadi hal yang baru dan juga dapat memberikan dampak baik. Ilmu pengetahuan yang sangat membantu peradaban kita manusia saat ini hadir dari berbagai percobaan yang dilakukan oleh para ilmuwan. Nah, ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pengetahuan adalah rasa penasaran yang di muat dalam sebuah eksperimen.

Inilah Eksperimen Psikologis Tragis

1. Eksperimen pengobatan skizofrenia UCLA
Pada tahun 1983, para peneliti di UCLA mulai mempelajari 50 pasien yang menderita skizofrenia. Tujuan dari penelitian understanding experimental ini hanya untuk mengetahui apakah gejala gangguan, seperti kurang konsentrasi, delusi, dan halusinasi, akan membaik dengan menghentikan pengobatan kepada pasien.

Satu pasien yang tidak diobati melakukan bunuh diri dan yang lain mengancam akan membunuh orangtuanya. Alhasil, para kritikus menilai ekperimen ini mengandung pelanggaran etika yang serius ketika para peneliti gagal memperingatkan subjek betapa parahnya gejala para korban eksperimen.

2. Ekperimen Minnetosa
Para peneliti di University of Minnesota bereksperimen yang sejujurnya sangat menantang hati nurani selama Perang Dunia II. Adapun eksperimen yang mereka lakukan adalah untuk memahami efek dari kekurangan makanan bagi manusia. The Journal of Nutrition menjelaskan bahwa para pria yang menjadi objek eksperimen diberikan kondisi setengah kelaparan selama tiga bulan, kemudian ‘diberi makan kembali’ selama beberapa bulan lagi.

Meskipun objek penelitian mengklaim bahwa efeknya mengalami penurunan berat badan sebesar 25 persen ditambah iritabilitas dan depresi—sepadan dengan kontribusi mereka terhadap sains, beberapa objek mengalami depresi seperti diketahui satu subjek memotong tiga jarinya.

3. ‘Studi Monster’ pada anak-anak
Apakah gagap merupakan gangguan otak atau respons yang dipelajari? Pertanyaan ini membuat peneliti Universitas Lowa Mary Tudor melakukan eksperimen kepada 22 anak yatim piatu pada tahun 1938. Dalam eksperimen ini anak-anak itu dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok diberi terapi wicara positif, memuji mereka karena kelancaran bicara mereka. Kelompok lain yang malang diberi terapi negatif, dengan kasar mengkritik mereka karena kekurangan dalam kemampuan bicara mereka, dan menyebut mereka gagap.

Hasil dari eksperimen kejam ini menunjukkan anak-anak dalam kelompok yang diberi terapi negatif, meskipun tidak berubah jadi gagap, menderita efek psikologis negatif dan beberapa menderita masalah bicara selama sisa hidup mereka.Anak-anak yang selesai menjalani studi ini jadi gelisah dan pendiam. Beberapa di antara mereka setelah dewasa akhirnya menggugat University of Lowa, yang menyelesaikan kasus ini pada tahun 2007.Karena buruknya efek samping dari eksperimen ini, banyak para kritikus menyebutnya dengan ‘Studi Monster’.