Cara Memasuki Dunia Marketing 5.0

Cara Memasuki Dunia Marketing 5.0 – Saat ini sudah semakin banyak orang yang ingin mengembangkan dan mensukseskan segala macam bisnis yang ia jalani. Perekonomian Indonesia terus mengalami penurunan dari tahun sebelumnya akibat pandemik. Hal ini menjadi perhatian pemasar maupun dunia bisnis, agar bisa mengatasi krisis pada 2021, dengan menekankan konsep creativity, innovation, entrepreneurship, dan leadership (CIEL).

Editor in Chief Marketeers Iwan Setiawan mengajak seluruh masyarakat tetap optimistis terhadap perbaikan ekonomi ke depan, dengan penerapan CIEL, apalagi saat ini sudah memasuki Marketing 5.0.

Cara Memasuki Dunia Marketing 5.0

1. Era Marketing 5.0 pemasar dituntut berintergrasi dengan teknologi
Kemajuan teknologi dan ekonomi pada era Marketing 5.0 menuntut pelaku bisnis untuk memiliki strategi dalam memajukan perekonomian di Indonesia, salah satunya dengan memanfaatkan optimalisasi proses bisnis. Pemasar dituntut untuk dapat berintegrasi melalui technology dengan humanity.

Pebisnis tidak hanya dituntut inovatif dan kreatif, tetapi juga harus memiliki kombinasi untuk menerapkan strategi marketing yang progresif, sehingga tumbuh jiwa entrepreneurship dan kepemimpinan yang baik.

“Di era Marketing 5.0, perusahaan dituntut untuk bisa memanfaatkan New Tech dengan New CX. Dengan begitu, customer experience akan semakin efisien, meaningful, dan bisnis Anda dapat memberikan value lebih kepada customer. Optimalisasi bisnis dapat tercapai jika perusahaan memanfaatkan teknologi untuk kepentingan manusia (humanity),” kata Iwan.

2. Tiga sifat yang harus dimiliki teknologi sebagai pilar perusahaan
Iwan menjelaskan dalam penggunaan teknologi dalam dunia bisnis dan pemasaran harus memiliki tiga sifat teknologi, yang nantinya dapat memaksimalkan pengalaman konsumen dengan performa dari perusahaan.

Pertama, teknologi bersifat personal, target perusahaan dalam melibatkan emosional konsumen sangat penting, serta hal tersebut harus dilakukan secara personal dan sifat personal juga dapat menumbuhkan sense of control atau menghadirkan pilihan bagi konsumen.

Kedua, teknologi yang bersifat sosial, di mana pemanfaatan sifat tersebut menjembatani keinginan manusia dan mengkoneksikan manusia satu dengan yang lain. Terakhir, teknologi bersifat terbuka, khususnya dalam perbaikan. Perusahaan dituntut untuk berinovasi dan kreatif terhadap pelayanan serta produk dengan menciptakan inovasi berbasis data.

“Dengan adanya ketiga sifat tersebut, adopsi teknologi dalam perusahaan dapat memaksimalkan customer experience yang berdampak pada performa perusahaan,” kata dia.

3. Kemampuan teknologi berada di sumber daya manusia dan proses
Tidak hanya penerapan CIEL dan teknologi yang dapat menjadi penyeimbang pilar bisnis, Wakil Presiden Direktur PT Bank Central Asia Armand Hartono menekankan peran penting sumber daya manusia yang kompeten dan kepemimpinan yang tangkas untuk mencapai suatu perubahan.

Tujuan teknologi sebagai upaya memudahkan dan menjadikan manusia lebih tangkas tidak cukup, tapi dibutuhkan teknologi untuk membangun customer experience yang dapat menyentuh emosi manusia.

“Perlu diingat bahwa people merupakan produk paling penting dari perusahaan. Teknologi hanya sebagai pendukung. Ketika ketiga pilar tersebut telah selaras, teknologi pun dapat membantu proses bisnis yang lebih baik dan cepat, sehingga membangun experience yang baru,” pungkas Armand.